Senin, 31 Agustus 2009

DISTRICT 9

Setiap anda akan menyaksikan sebuah film bertema alien, apa yang anda pikirkan?. Yang terbayangkan adalah mahluk yang berasal dari luar angkasa atau hasil rekayasa genetik dari suatu mahluk hidup dengan tampilan fisik yang mengerikan, berperan sebagai tokoh antagonis yang siap menginvasi, meneror, bahkan membunuh manusia secara sadis. Tapi apa yang akan anda temukan di film District 9 akan berbeda.


Berawal 28 tahun yang lalu bumi kedatangan sebuah pesawat ruang angkasa asing yang sangat besar melayang diatas kota johannesburg Afrika Selatan, selama beberapa bulan tidak menampakan aktifitas, akhrinya pihak pemerintah melalui sebuah tim yang dinamakan MNU (Multi National United) melakukan investigasi ke dalam pesawat dan menemukan sekumpulan aliens yang menyerupai udang yang dinamakan “Prawns” dalam kondisi yang mengkhawatirkan. Akhirnya kawanan prawns ini ditempatkan disuatu wilayah yang dinamakan districk 9. Makin hari Populasi prawns makin tidak terkendali, timbul masalah sosial, kerusuhan dan konflik dengan manusia makin meluas. Hal ini menjadi beban Negara, Akhrinya MNU memutuskan untuk merelokasi prawns ke tempat yang lebih baik.
Adalah Wikus Van De Merwe (Sharlto Copley) yang ditugaskan MNU untuk pemimpin mengevakuasi para prawns ini, saat melakukan tugas wikus mendapat musibah tersemprot satu cairan hitam yang berasal dari tabung milik prawns yang dicurigai sebagai sebuah elemen penting dari tekhnologi Aliens, semenjak itu wikus bertransformasi menjadi seorang mutan.
Dari sinilah kisah mengkrucut pada sosok wikus, Setelah terkontaminasi diduga wikus bisa mengabsorb teknologi canggih yang dimiliki oleh Alien, tidak heran wikus dicari dan diburu bukan hanya oleh pasukan yang dipimpinnya tetapi oleh sekelompok pemberontak Nigeria yang ingin memanfaatkan kekuatannya itu.


Sutradara Neil Blomkamp menghadirkan suatu film bertema alien dengan plot cerita yang berbeda dan fresh. Neil berhasil mengkolaborasikan sisi cerita drama yang humanis dengan aksi dan visual effecet yang bisa dibilang sempurna. Di paruh pertama penonton disuguhi seperti film dokumenter dimana pola pengambilan gambar dengan gaya Handheld, laporan berita kerusuhan massa dari sebuah stasiun TV setempat, dan wawancara dari beberapa saksi mata termasuk tokoh utamanya. Dari awal ketegangan demi ketegangan dibangun dan selalu membuat saya penasaran sehingga durasi 112 menit tidak terasa.
Wikus yang merupakan tokoh sentral yang dimainkan oleh aktor yang tidak begitu terkenal Sharlto Copley bermain apik dan begitu natural dengan logat khas Afselnya.
Sepanjang menyaksikan film ini banyak kebrutalan yang dilakukan oleh manusia dibanding oleh si prawns sehingga saya lebih bersimpati dengan tokoh wikus dan prawns. Disarankan untuk anak kecil, ibu yang sedang hamil, orang yang mudah kena serangan jantung untuk tidak menonton film ini karena Adegan darah muncrat dan tubuh hancur berantakan lumayan banyak, tapi tidak sesadis film Saw ataupun Hostel. Masih ada pertanyaan yang menyisa? Bagaimana awalnya prawns ini tiba-tiba muncul dengan kondisi mengkhawatirkan? dan di akhir cerita salah satu prawns yang bernama Chris Johnson berjanji akan membantu wikus kembali menjadi manusia normal meski harus menunggu tiga tahun lagi. saya mengindikasikan bahwa district 9 akan dibuat sequel atau prequel.


Ternyata film District 9 cukup sukses dipasaran dengan mengantongi keuntungan di minggu pertama sebesar 37,4 Juta Dollar US dan menggeser GI joe: The Rise Of Cobra di posisis puncak. Padahal filmnya sendiri hanya berbujet 30 Juta Dollar US. Selain itu di IMDB mengantongi Rating 8,7/10. kesuksesan film ini tidak lepas dari sutradara The Lord Of the Ring, Peter Jackson sebagai produser

Memorabel Scene : Saat wikus berada dalan tubuh robot dan beraksi berhadapan dengan pasukan MTU dan Pembrontak Nigeria

Satisfactions : 88%

Read More..

Jumat, 21 Agustus 2009

THE TAKING OF PELHAM 123


Walter Garber (Denzel Washington) adalah seorang petugas pengatur jalur kereta bawah tanah di kota New York City. Suatu hari Walter dihadapkan pada satu permasalahan dimana salah satu gerbong kereta dibajak oleh sekelompok teroris yang dipimpin oleh Ryder (John Travolta). Mereka meminta tebusan uang sebesar 10 juta dollar. Permintaan mereka harus segera dipenuhi maskimal dalam waktu 60 menit, apabila tidak, ke-18 sandera yang ada digerbong akan di bunuh satu persatu. Walter sesegera mungkin menghubungi kepolisian setempat yang dipimpin oleh letnan Camonetti (John Turturro). Untuk memenuhi permintaan teroris, camonetti segera menghubungi walikota New York City(James Gandolfini). Tanpa pikir panjang lagi Walikota NY segera menyanggupi permintaan Ryder dkk, dengan pengawalan polisi uang tebusan senilai 10 juta dolar segera dikirim ke stasiun Pelham untuk diserahkan kepada Ryder.
Berhasilkah Ryder dkk mendapatkan uang tebusan tersebut?


Kalo anda mengharapkan aksi-kasi laga di film ini, lupakan!. Film ini lebih menitikberatkan kepada alur cerita dan dialog yang intens. Dialog-dialog yang padat dan cerdas, selain itu disisipi dengan joke-joke yang agak berat tapi tetap membuat saya tersenyum. Memang dibutuhkan aktor-aktor yang handal untuk memerankan tokoh-tokoh utama di film ini, makanya tidak salah kalau Tony Scott memilih aktor watak Denzel Washington dan John Travolta. Denzel beberapa kali bekerjasama dengan Tony Scott di beberapa film sebelumnya seperti Man on fire dan De Javu. Sementara John Travolta yang memerankan tokoh antagonis sangat pas. memang john Travolta cocok untuk tipikal tokoh jahat dan cukup sukses memerankannya seperti di film sebelumnya mulai dari Broken Arrow, Face off, Swordfish dan Punisher.


Tonny Scott mempunyai ciri khas di permainan camera yang cepat dan berputar, gambar yang ngeblur si scene-scene tertentu ditambah dengan permainan warna natural dan hijau cukup mendominasi. Penggarapan music score “beraroma” techno yang menghentak yang digarap oleh Harry Gregson-Williams menjadikan film ini serasa makin menegangkan. Beberapa kali Harry Gregson-Williams menggarap music score untuk film-film Tonny Scott seperti Man on fire, Domino, dan De Javu.
Film Taking of Pelham 123 diadaptasikan dari sebuah novel karya John Godey dan pernah diangkat ke layar lebar tahun 1974.

Satisfactions 80%

Read More..

Kamis, 20 Agustus 2009

UP

Masa kecil Carl Fredrickson (Edawrd Asner) bercita-cita ingin menjadi seorang petualang karena terinsipirasi dari seorang tokoh petualang terkenal saat itu Charles Muntz (Christopher Plummer). Suatu hari Carl berkenalan dengan seorang perempuan tomboy bernama Ellie yang sama-sama punya jiwa petualangan. Mereka berteman hingga dewasa dan akhrinya menikah. Mereka berdua bercita-cita ingin mengunjungi suatu tempat yang bernama Air Terjun surga di wilayah Amerika Selatan. Namun sayang sang istri keburu meninggal sebelum impian mereka tercapai. Sepeninggal istrinya, Carl menjalani rutinitas kehidupan seperti pada umumnya orang yang sudah lanjut usia. Pada suatu ketika kehidupan Carl terusik oleh pembangunan gedung bertingkat di sekitra rumahnya, Mau tidak mau carl harus merelakan tanahnya. Teringat kembali akan almarhum istrinya, keinginan untuk mewujudkan cita-cita untuk berkunjung ke air terjun surga muncul kembali. Berbekal ribuan balon udara untuk mengangkut rumahnya, berangkatlah carl menuju Amerika selatan. Ternyata carl tidak sendirian, ada seorang Anak kecil pramuka bernama Russell (Jorgan Nagai) ikut terbawa. Mau tidak mau carl dengan terpaksa mengajaknya. The Adventure is the beginning.... banyak hal yang mereka temui dan alami selama menuju Air terjun surga Amerika selatan, dan ternyata tidak mudah, banyak rintangan yang mesti mereka hadapi. Akankah cita-cita carl akan terwujud?

Seperti biasa saat akan menyaksikan film-film produksi Pixar, sebelum “menyantap” menu utama kita akan disuguhi sebuah appetizer berupa short movie berdurasi kurang lebih 10 menit. Walaupun filmnya tanpa dialog tapi dari visual yang disajikan kita akan merasakan satu cerita yang sarat akan pesan moral.

Pixar sebagai sebuah studio film animasi banyak menghasilkan film-film yang sangat bermutu seperti Toy Story, Finding Nemo, Incredible, Cars, Wall E, sangat konsisten dengan cerita yang digarap dan banyak ide-ide yang cerdas yang dimunculkan. Di film UP pixar berhasil mengkolabarasikan kegigihan seorang kakek dan keluguan dan kepolosan seorang anak kecil menjadi sebuah jalinan cerita yang sangat menarik dan bisa dinikmati baik orang dewasa maupun anak-anak. Suguhan animasi grafis yang berwarna-warni, karakter dari tokoh-tokoh yang dimuncukan lucu, menarik dan beragam, penggarapan musik latar yang pas membuat kita betah dan menikmati film ini.

Saat menjalani kehidupan, apa yang sebenarnya kita kejar?. Salah satunya tak lain cita-cita. Menjalani kehidupan akan lebih berarti apabila kita mengejar dan melakoni proses dalam meraih cita-cita, terlepas itu nantinya tercapai atau tidak. Kalau tidak, bagaimana mengantisipasinya?.. Apabila tercapai, akankah kita cukup dengan berpuas diri? tentu tidak. bersyukur dan tetap mengejar cita-cita yang lain yang kita impikan. Dikejar dan diwujudkan selama hayat di kandung badan. Itulah sepercik kesimpulan yang saya ambil setelah nonton film “UP”

Satisfactions 85%

 

Read More..

Rabu, 12 Agustus 2009

G.I. JOE : The Rise of Cobra




James McCullen (Christopher eccleston) seorang pengusaha di bidang persenjataan dengan bantuan dana dari NATO berhasil membuat satu senjata canggih berbasis tehnologi nano. Didalam senjata ini terdapat semacam virus yang bisa memakan dan merusak berbagai unsur logam dengan sangat cepat. Pasukan tentara Amerika Serikat yang dipimpin oleh Duke (Channing Tatum) dan Ripcord (Marlon Wayans) beserta tim lainnya ditugaskan McCullen untuk mengantarkan senjata tersebut ke Pihak NATO. Ditengah perjalanan mereka diserang pasukan lawan yang menamakan diri Cobra yang dipimpin oleh Baroness (Sienna Miller). Hampir saja Duke dan kawan-kawan kalah datanglah bala bantuan dari pasukan khusus yang menamakan GI Joe dan mereka berhasil menghalau lawannya. Duke dan Ripcord tertarik bergabung dengan GI Joe tapi dtolak oleh Pimpinan GI Joe Jendral Hawk (Dennis Quaid). Tapi duke memaksa dan memberikan alasan kalau dia mengenal Baroness dan setelah mengikuti serangkaian tes akhrinya mereka diterima. Setelah itu mereka mempersiapkan diri untuk melawan pasukan Cobra. Berhasilkah mereka mempertahankan senjata Nano dari pasukan cobra dan siapakah dalang dibalik semua ini?

Saat akan menyaksikan film ini ada beberapa hal yang mesti diingat: lupakan kualitas cerita dan lupakan pula kualitas akting para pemainnya. Cuman satu nikmati saja dan anda akan disuguhi banyak aksi-kasi laga dan Visual Effect, dan betul dari awal sampai akhir anda sebagai penonton tidak diberikan ruang gerak dan kesempatan untuk menarik napas dan berkedip bahkan untuk pemisi ke toilet sekalipun. Selain itu khusus untuk kaum adam bersyahwat normal pasti senang sekali disuguhi kehadiran 2 wanita sexy nan hot Sienna Miller dan Rachel Nichols yang sepanjang film selalu berpakaian ketat. It’s Really..really eyecandy movie. Pace sangat cepat, plot cerita tidak bertele-tele, sekilas beberapa kali flashback menceritakan latar belakang dari masing-masing tokohnya. Selain itu dengan musik latar garapan Alan Silvestri nuansa future militer makin terasa.

Setelah sukses menyutradarai Deep Rising (1998), Mummy (1999), Mummy Return (1991) dan Van Helsing (2004) Stephen Sommers dipercaya oleh Lorenzo di Bonaventura selaku produser untuk menggarap GI Joe, setelah sebelumnya Lorenzo sukses memproduseri Transfomers dan tranforemers; revenge of the Fallen. Rupanya Stephen Sommers tidak melupakan teman-teman aktor pendukung di film mummy yang membuat dia sukses, bahkan mereka diajak kembali bergabung di film GI Joe ini walaupun bukan peran utama seperti Brendan Fraser, Kevin J. O’Connor dan Arnold Vosloo. Ending cerita dibikin menggantung sepertinya bakal dibuat sequelnya.

Memorable Scene : kejar-kejaran disepanjang jalanan kota Paris

akan tambah mengasyikan nonton dibioskop dengan standar audio visual diatas rata-rata. kualitas audio bersertifikasi THX minimal Dolby Digital

Satifactions: 75%

Read More..

Senin, 10 Agustus 2009

MERANTAU the Movie

Ditengah gempuran dari genre yang nyaris seragam yaitu drama percintaan, horor, dan komedi dewasa muncul satu film dengan genre Action Martial Art yaitu Film Merantau. Merantau merupakan sebuah tradisi budaya di Minangkabau Sumatra barat yang wajib dijalankan oleh seorang laki-laki dewasa. Proses pengembaraan seorang laki-laki keluar minangkabau guna mencari jatidiri seorang laki-laki, tak kecuali Yuda (Iko Uwais) seorang pemuda yang piawai bela diri silat harimau. Meski sang ibu, Wulan (Christine Hakim) berat tapi karena sudah tradisi mau tidak mau sang ibu harus rela melepaskan anaknya mengembara ke Ibu Kota untuk mengajarkan ilmu beda diri silat.
Sampai di Jakarta yuda hidupnya luntang lantung sampai nasib mempertemukan dengan dua orang kakak beradik Adit (Yusuf aulia) dan Astri (sisca jesica) yang saat itu tengah diburu oleh seorang mucikari, johni (alex Abbad) untuk dijual ke mafia human Trafficking pimpinan Ratger (mads Koudals). Yuda pun tergerak hatinya untuk membantu astri dan adit. Dapatkah yuda menyelamatkan kedua kakak beradik tersebut dari kejaran kaki tangan Johni?..

Sebetulnya saya termasuk orang yang tidak begitu tertarik untuk menonton film Indonesia, rasanya kaki terasa berat untuk melangkah ke bioskop untuk menyaksikan karya anak bangsa. Pas kebetulan akhir minggu kemarin saya diajak salah satu rekan untuk nonton film ini di TIM 21, daripada bete akhrinya saya ikut juga bersama 6 teman lainnya. Saya tidak berekspetasi apa-apa terhadap film ini. Ada beberapa catatan saya selama menyaksikan film :

Kelebihan :
1. Scene fighting yang ditampilkan sangat memukau dan boleh dibilang setara dengan film action mandarin lainnya. Dan salut juga dengan stunt fighting yang bersedia melakukan adegan-adegan berbahaya. Memorabel fighting : saat erik melawan preman yang mukanya kayak “Monster”, yuda menusukan bamboo ke lawannya saat loncat, fighting yuda dan erik di lift.

2. Akting yang menonjol dari Cristine Hakim (kalau yang ini tidak perlu diragukan lagi) dan mantan VJ MTV Alex abbad yang berperan sebagai mucikari begitu natural.

Kekurangan :
1. film yang durasinya lebih dari 2 jam terlalu lama dan membosankan dan banyak scene yang sebenarnya tidak penting. Diawal cerita dimana prosesi yuda sebelum merantau lama sekali hampir 30 menit… dalam hati saya bergumam engga sabar "katanya film action, kapan nih adegan tonjok-tonjokan, tendang menendang, gedabang-gedebugnya.. sigh”. Di akhri cerita setelah yuda mengalahkan si bule…saya pikir sudah kelar nih…eh….belum selesai juga tiba-tiba cerita lari ke si astri sudah ada di kampung halaman si yuda lagi metik tomat….lebay….lebay..

2. Akting semua pemainnya kecuali Christin Hakim dan Alex abbad standar habis dan cendrung kaku. Selain akting yang kaku dari yuda juga dalam dialognya memakai bahasa yang baku banget, dan dialog si astri malah sebaliknya (ya sesuai dengan karakternya sebagai pecun) dan beberapa kali melontarkan kata-kata makian yang menurut saya kasar sekali, yang bisanya cuman ngomong A****g lu, T**i lu... G***g lu.. :(

3. Yuda interlokal ke ibunya memakai telepon coin (telepon Umum), emang bisa?... dasar sutradaranya bule.. mungkin dia pikir telepon coin disini bisa interlokal.. mister..mister kalo engga tahu tanya dong!!! :(

4. Bagian wardrobe engga kritis.. masa sih berhari-hari si yuda pake bajunya itu-itu juga.. dan kelihatan bersih terus …

5. Casting Ratger dan luc sebagai tokoh antagonis yang jago berkelahi kurang pas dan kurang serem..malah kelihatannya seperti orang kantoran.

Apabila tujuan awal film ini mau mengangkat budaya tradisional pecak silat asal sumatera barat saya rasa engga kena tapi kalo mau menjual aksi tonjok-tonjokan dan tending menedang .. kalau itu baru dapat…

Story….....….…. : 4/10
Scene Fighting : 8/10
Casting……...... : 5/10

Read More..

Selasa, 04 Agustus 2009

AVATAR (2009)


From The Director of Box Office Maker JAMES CAMERON. International Release Dates December 18th 2009. What do you think's about this movie?.


Read More..

Daftar Blog Teman

pump up your life

E2P © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO