Selasa, 11 Mei 2010

21 GRAMS (2003) - Review

"How many lives do we live? How many times do we die? They say we all lose 21 grams... at the exact moment of our death. Everyone. "

Itu sebagian kalimat yang diucapkan Paul (Sean Penn) dalam kondisi koma di rumah sakit. Betulkah pada saat kita mati berat tubuh kita akan berkurang 21 gram?....entahlah. tapi yang jelas film ini tdak menceritakan bagaimana nyawa manusia itu beratnya bisa 21 gram tapi menceritakan kompleksitas kehidupan segelintir manusia biasa yang diwakili oleh tiga karakter yang berbeda yang nantinya akan mengalami satu keterkaitan. Paul Rivers (sean Penn) adalah seorang penderita gagal jantung dan jalan satu-satunya supaya dia tetap hidup harus dilakukan cangkok jantung. Suatu hari dewi fortuna menghampirinya, Paul mendapatkan donor jantung dari seorang pria yang mengalami kecelakaan mobil. Belakang diketahui pria itu adalah suami dari Christine Peck (Naomi Watts), Christine juga harus merelekan kepergiaan dua putrinya yang meninggal akibat kecelakaan yang sama. Merasa berhutang budi, Paul berusaha mendekati Christine untuk menujukan rasa simpati. Tapi christine selalu menampik kedatangan paul karena di saat itu kondisi Christine sedang terpuruk karena kehilangan suami dan kedua putrinya dan pelariannya ia menjadi pecandu obat terlarang. Paul terus berusaha dan akhrinya Christine luluh juga yang pada akhirnya diantara mereka tumbuh benih-benih cinta, padahal Paul sudah beristri yang sedang berusaha mempunyai anak melalui proses inseminasi.
Karakter lain adalah Jack Jordan (benicio del Toro) mantan pecandu alkohol yang hidupnya mengabdi sepenuhnya untuk agama, sampai suatu hari insiden yang menimpanya telah menggoyahkan keyakinan dan keimananya.

Dari sisi isi cerita tidak ada yang istimewa, tapi ditangan Alejandro Gonzales Inarritu dan skenario ditulis oleh Guillermo Arriaga film bertajuk 21 grams jadi terasa lain dan istimewa. Innaritu manawarkan cara bertutur yang tidak lazim dan tidak patuh pada pakem struktur cerita yang normal. Bagi penonton yang terbiasa dengan alur cerita yang mainstream akan dibuat pusing dan menyaksikannya perlu konsentrasi tinggi. Inarritu tidak begitu saja menyodorkan satu rangkain cerita yang utuh, tapi ia buat dalam suatu penggalan-penggalan cerita bagaikan puzzle dengan harapan penonton dengan pikiran imaginasinya dipaksa untuk merangkai sendiri puzzle dan menjadi suatu cerita yang utuh dan dimengerti.

Struktur cerita yang diacak-acak tidak akan menarik apabila tidak didukung oleh teknik editing yang cermat. Misal ada satu bagian ending cerita ditempatkan diawal yang tentunya ini akan menjadi spoiler tapi berkat pengeditan yang cermat film tetap menarik sampai akhir dan ternyata masih menyimpan satu bagian lain yang tidak akan pernah kita duga. Kadang yang membuat saya terbengong-bengong saat penampilan Benicio dengan rambut gondrong tiba-tiba pindah engan tampilan rambut pendek atau Sean penn tergolek lemah tak berdaya tiba-tiba pindah dan terlihat segar bugar.

Lebih dari itu cerita ditopang oleh kekuatan peran tiga aktor/aktris yang mumpuni. Aktor watak Sean Pean yang meraih oscar sebagai peran utama terbaik lewat film Mystic River (2003), Naomi Watts mendapat nominasi dan penghargaan di beberapa ajang penghargaan lewat film DR Mulholland, Benicio del toro peraih oscar sebagai peran pembantu terbaik lewat film traffic (2000). Dengan totalitas mereka berakting script cerita yang disodorkan makin kuat dan solid.

Memang untuk menyaksikan film ini perlu konsentrasi tinggi dan kesabaran dan buat saya ini mempunyai keasyikan tersendiri.

Rating : 8,3/10

3 Comentários:

Unknown mengatakan...

Setuju!!! saya suka film ini.alejandro tuh emang film2nya sebenernya berat ya....amores perros,babel, dan film ini tuh butuh suatu pemahaman sendiri sebenarnya untuk mengetahui makna dibalik cerita dan karakternya.bagi saya, ini bukanlah sekedar editing ala puzzle...seperti layaknya tokoh Sean Penn yang sekarat dan dua tokoh lainnya juga ikut "sekarat" dalam kehidupan mereka masing2, maka kehidupan yang kita jalani tuh kyk flashback yang gak rapih dan loncat2. :)

e2p mengatakan...

@tiko : Thank's komennya..:):) kadang kita perlu juga cerita yang berat seperti ini dan kadang kita juga jenuh dijejeli cerita yang popcorn. pesan yang sy tangkap begitu jelas terlihat pada tokoh Paul.. bahwa kesempatan itu tidak datang dua kali dan itu tidak boleh disia-siakan.
btw, penasaran dengan amores peres belum nonton :):)

Thyo Aditya mengatakan...

setuju tuh,awal ny saya jga bingung bgt pas benicio rmbut ny gondrong koq tiba2 jdi pendek..haha
tpi bnar2 mantap nih film, ini tipe2 film kesukaan saya...haha :D

Posting Komentar

Daftar Blog Teman

pump up your life

E2P © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO