Jumat, 31 Oktober 2008

Ian Fleming : Pencipta Agen 007

Pasti Hampir semua orang mengenal agen rahasia berkode 007 James Bond, Siapa dibalik tokoh agen spionase terkenal ini?, ya.. Ian Lancaster Fleming atau yang lebih dikenal Ian Fleming, Pria yang lahir tanggal 28 Mei 1908 Semasa kecilnya tinggal di pedesaan. ayahnya Valentine Fleming seorang anggota parlemen dan ibunya evelyn st Croix Fleming. Sayang, saat usia delapan tahun Ian harus kehilangan ayahnya karena harus ikut perang dunia I.

Awal kariernya dimulai sebagai seorang jurnalis akan tetapi pada tahun 1939 Ian Fleming memutuskan ikut ambil bagian dalam perang dunia ke II. Saat itu Laksamana John Godfrey yang menjabat sebagai Direktur Intelijen Angkatan Laut Kerajaan Inggris mengangkat Fleming sebagai asisten personalnya. Dia ditempatkan sebagai letnan satu relawan Angkatan Laut Kerajaan Inggris, kemudian diangkat menjadi letnan kepala. Uniknya, ketika menjadi asisten John Godfrey, Fleming justru tertarik menjadikan Godfrey sebagai salah satu model untuk cerita agen rahasianya. Karakter Godfrey dijadikan sosok M dalam serial Bond.

Sebenarnya sosok Ian Fleming tidak berbeda jauh dari tokoh James Bond yang hidup penuh kemewahan dan glamour, ia menyukai wanita cantik, mobil mewah dan minuman. Kebiasaan ini ia lakukan mulai sejak era 1950-an.

Mempunyai latar belakang jurnalis dan militer khususnya intelejen, akhrinya pada tahun 1953 Ia Fleming menelurkan novel pertama yeng bertema spionase yang berjudul Casino Royale. Didalam novelnya diperkenalkan tokoh utamanya yang bernama James Bond yang terkenal dengan nomer 007 sebagai kode izin membunuh.

Ian Fleming meninggal pada usia 56 tahun tanggal 12 Agustus 1964 akibat serangan jantung. Hal itu disebabkan karena seorang perokok berat dan suka mengkonsumsi alkohol berlebihan. Dia dimakamkan di pemakaman halaman gereja Desa Sevenhampton, dekat Swindon. Hingga akhir hayatnya Ian Fleming telah menghasilkan 22 novel diantaranya Casino Royale (1953), Live and Let Die (1954), Moonraker (1955), Diamonds are Forever (1956), From Russia With Love (1957), dan Dr. No (1958).

Read More..

Senin, 27 Oktober 2008

Format Audio Surround Dolby, DTS & THX

Dolby Digital pertama kali memasuki pasar dengan di rilisnya film Batman Return tahun 1992. Pada tahun-tahun awal ini pesaing utama Dolby Digital adalah Kodak CDS (Cinema Digital Sound) yang ternyata telah lebih dahulu beredar dipasar dari tahun 1990 – 1992 dengan 9 judul film, termasuk diantaranya adalah film Terminator 2. Namun akhirnya sistem CDS tidak digunakan lagi sejak Universal Studio mengadopsi Dolby Digital secara luas. Sampai akhirnya pada tahun 1993, DTS (Digital Theater System) dan SDDS (Sony Dinamic Digital Sound) diperkenalkan lewat film Jurasic Park dan Last Action Hero. Perlahan-lahan format DTS kemudian banyak di adopsi oleh film-film box-office. Sejak itu dominasi Dolby yang telah puluhan tahun diramaikan dengan persaingan format DTS dan berlomba menjadi sistem audio surround yang terbaik. Belakangan sistem surround tidak saja hanya untuk konsumsi film theater, tetapi kemudian meluas diadopsi oleh sistim audio/video konsumen rumah seperti DVD/Home Theater. Tulisan berikut ini mencoba untuk merangkum beberapa standar sistem surround yang kerap dijumpai di pasar. Ada beberapa logo yang kerap tertera pada cover Radio Tape, VCR, DVD, DVD player, video game dan beberapa sistem audio video yang terintegrasi dalam home theater. Berikut ini adalah penjelasan singkat dari logo-logo tersebut.

Dolby Pro Logic

Tahun 1982 Dolby Laboratries Inc. mulai memberikan lisensi yang membolehkan sistem audio surround untuk konsumsi perangkat rumah seperti perangkat VCR VHS/Beta. Dolby Surround merupakan trade mark yang menunjukkan bahwa sistem audio dari rekaman audio/video tersebut telah mengadopsi sistem ini. Dolby Surrond adalah standar format rekaman audio yang meng-encode 4 kanal suara (terdiri dari left, right, center dan surround) menjadi 2 kanal stereo. Seiring dengan itu, sistem Dolby Pro Logic adalah decoder yang di adopsi oleh banyak perangkat pemutar untuk men-decode 2 trek stereo tersebut menjadi empat kanal suara left, right, center dan surround. Tanpa decoder, format Dolby Surround yang terdengar adalah seperti kualitas stereo biasa. Walaupun kadang ada sistem yang dilengkapi dengan 5 speaker, namun 2 speaker surround-nya merupakan satu kanal surround mono.


Dolby Pro Logic II

Sistem ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari Dolby Pro Logic (yang dikenal juga dengan Dolby Pro Logic I). Bedanya, sistem Dolby Pro Logic II dapat men-decode 5 kanal surround (left, right, center, left surround dan right surround) dari rekaman stereo. Lima kanal surround dapat di decode dari 2 kanal stereo apa saja dan tidak tergantung apakah rekaman ini telah di encode dengan format Dolby Surround apa tidak. Suara surround yang dihasilkan adalah suara surround stereo.


Dolby Digital 5.1


Pada tahun 1984 Dobly mengembangkan standard encoding digital kanal audio yang dinamakan format AC1 (audio coder 1). Format ini diadopsi oleh beberapa penyelengara broadcast tv satelite dan tv cable. Kemudian di kembangkan format AC2 dengan kualitas audio yang lebih baik. Seiring dengan perkembangan teknologi digital dan chip DSP, kemudian Dolby Laboratories mengembangkan Dolby AC3 di tahun 1992 yang menjadi cikal dari sistem surround Dolby Digital 5.1 atau disebut singkat dengan Dolby Digital (di singkat DD). Dahulu sistem ini disebut juga dengan Dolby SRD (Spectral Recording Digital). Konfigurasi 5.1 memiliki 6 kanal suara yang terpisah. Dinamakan demikian, sebab pada sistem audio ini ada terdapat 5 kanal utama ( right, center, left, right surround, left surround) dan satu kanal dengan notasi 0.1 yaitu kanal efect yang disebut LFE (Low Frequency Effect). Pada prakteknya kanal effect ini di realisasikan dengan sub-woofer, untuk mem-visualisasikan suara efek seperti suara bom, gemuruh gempa dan hentakan kaki dan sebagainya. Namun pengertian kanal LFE tidak mesti sama dengan sub-woofer, sebab LFE membawa informasi fraksi dari frekuensi-frekuensi rendah yang bisa saja dibagi ke speaker surround kanan dan kiri. Besar data rate digital pada sistem DD adalah 384 kbps sampai 448 kbps dengan sampling 48 KHz.


DTS Digital

Tahun 1992 merupakan tahun yang penting buat perkembangan sistem DTS. Saat itu mereka dapat meyakinkan Steven Spielberg melalui demonstrasi format ini yang dimainkan dari rekaman yang disimpan dalam hardisk. DTS kemudian diadopsi untuk film box office Jurasic Park. Sistem DTS Digital atau di singkat DTS juga memiliki 6 kanal suara dengan format 5.1. Sama seperti DD ada kanal LFE yang membawa frekuensi rendah 20 – 80 Hz. Standard rate datanya adalah 1.4 Mbps untuk CD/LD dan 1.5 Mbps untuk DVD dengan sampling 48 KHz dan resolusi 24 bits. Memang ukuran data DTS lebih besar atau standard ratio kompresinya (3.5 : 1 dibanding 12 : 1 pada DD) lebih tidak efisien dibandingkan DD, namun argumen yang dikemukan oleh DTS adalah semakin kecil ratio kompresi maka suara yang dihasilkan DTS akan lebih natural.


SDDS

Sistem SDDS (Sony Dinamic Digital Sound) dari Sony ini memiliki 6 atau 8 kanal suara (right, left right center, center, left center, sub woofer, right surround dan left surround). Beberapa film layar lebar menggunakan format SDDS terutama film-film produksi Sony Entertainment. Reader dan decoder khusus untuk ini di tambahkan pada proyektor pemutar film. Format SDDS sampai saat ini secara eksklusif hanya ada untuk film bioskop saja dan belum di adopsi untuk konsumen rumah. Tentu saja hingga kini SDDS belum di-support oleh banyak pemutar DVD/ home theater.


THX

THX bukanlah suatu standard format rekaman suara, melainkan standard bagaimana sistem audio video yang baik dapat dihasilkan. THX merupakan lembaga sertifikasi kualitas performansi audio pada suatu ruangan. Lembaga ini digagas oleh Lucas Films dan nama THX diambil dari film Lucas pertama yang berjudul 'THX 1138'. Nama Tomlinson Holman yang kala itu selaku direktur teknik Lucas film, bersama timnya tahun 1980an adalah pionir yang menetapkan cikal dari standard THX saat ini.

Untuk sistem audio, sertifikasi lebih ditujukan pada desain tata ruang, isolasi, desain akustik, serta pemilihan dan penempatan sistem audio. Ada dua jenis sertifikasi, yang pertama dinamakan THX Ultra untuk ruangan sekelas cinepleks atau theater dan yang kedua THX Select untuk ruangan kecil seperti home theater. Sertifikasi ini tentu akan menambah biaya produksi dari satu film atau perangkat yang mendapat sertifikat. Namun pinsipnya ada harga tentu ada kualitas.


Penutup

Paparan ini terlepas dari pro dan kontra tentang mana sistem audio surround yang lebih baik. Format-format yang berbeda tentu memiliki karakteristik yang berlainan, serta menawarkan ruang bagi para sinemator berkreasi memvisualisasikan audio untuk mendukung cerita yang diinginkan. Kualitas suara dan efeknya yang sampai ke telinga penonton masih tergantung dari kualitas tata ruang, akustik dan lain sebagainya. Sejauh ini ada 4 format audio yang selalu ada dalam satu rekaman film diantaranya, DD, DTS dan SDDS dan Stereo Analog standard. Untuk film layar lebar informasi audio (salah satu atau ke-empatnya) di print di pinggir film seluloid tersebut. Terkadang ada dua judul film yang sama dibuat dengan rekaman audio yang berbeda. Tulisan di atas masih menyisakan pokok bahasan tentang format surround yang muktahir. Diantaranya adalah format 6.1 dan 7.1 dengan DD EX (Extended), DTS ES (Extended Surround) dan DTS 96-24. Bagi konsumen, perbedaan format-format tersebut menjadi pertimbangan untuk memiliki sistem yang saling kompatibel.


oleh : aswan hamonangan


Referensi :

www.dolby.com

www.dtsonline.com

www.sdds.com

www.thx.com

Read More..

Minggu, 26 Oktober 2008

HAPPENING (spoiler)

Virus yang aneh menyebar lewat udara menyerang kota Philadelphia. Tidak ada seorangpun yang bisa lolos dari serangan virus tersebut. Gejala yang diakibatkannya adalah seseorang melakukan bunuh diri tanpa sebab yang jelas. Kemudian Isu beredar bahwa yang meyebarkannya dilakukan oleh sekelompok teroris. Baru diketahui bahwa virus tersebut dihasilkan oleh tanaman dan pohon.

Diceritakan salah satu penduduk yang juga terkena ancaman virus yaitu Elliot Moore (Mark Wahlberg) seorang guru ilmu pengetahuan bersama istri
Alma (Zooey Deschanel) serta seorang keponakannya berusaha melarikan diri menghindari ancaman tersebut. Satu-satu caranya adalah meninggalkan kota tersebut dan mencari wilayah yang kira-kiranya aman. Seberapa jauh virus tersebut sudah menyebar dan dimanakah kira-kira wilayah yang dianggap cukup aman?. Darimanakah asal virus tersebut berasal? Dan bagaimana pencegahannya ? Pihak berwenang tidak mampu menjawab persoalan tersebut.

Film garapan Sutradara keturunan india Night M. Shyamalan mencoba menggali isu tema yang akhir-akhir ini hangat dibicarakan yaitu Global Warming. Film tersebut digarap dengan pendekatan yang berbeda dibanding dengan film-lain yang sejenis. Penonton dibawa untuk berpikir keras dan dipaksa untuk mengikuti alur cerita sehingga penonton akan cari tahu sendiri pesan apa yang dibawa di film ini.

Saya kecewa dengan film ini, tidak sebagus film-film dia sebelumnya seperti Village, ataupun Sixth sense yang selalu memberikan penuh kejutan. Isi cerita dan penggarapannya yang tidak begitu detail. Dari awal tidak diceritakan tentang asal-asul dan pola penyebaran virus tersebut begitupula endingnya yang tidak selesai dan dibiarkan begitu aja. script cerita yang lemah dan mengambang. Tidak ada kesimpulan yang bisa terjawab dari sepanjang film tersebut.

Akting yang dilakukan Mark Wahlberg maupun Zooey Deschanel boleh dikatakan buruk, sebagai suami istri tidak ada chemistry yang dibangun dengan kuat, cendrung kaku. Script cerita yang tidak jelas saya kasih cuman 2 bintang ditambah ide yang lumayan, saya kasih 1 bintang.

Rating 3/5

Read More..

Jumat, 24 Oktober 2008

KRISIS MASKULINITAS ANAK BAND SEKARANG

Band-band baru terus bermunculan setiap hari, dengan nama-nama yang gagah, penampilan personel yang keren-keren, namun membawakan lagu-lagu dengan lirik yang meratap-ratap lemah tak berdaya. Apakah pantas seorang lelaki menjerit-njerit, "Mengapa harus aku yang mengalaaaaaaaaaaaaa aaaaaah?" Tentu saja, maksudnya, ini bukan soal pantas dan tidak pantas. Melainkan, kalau kita telusuri agak jauh ke belakang, lirik-lirik lagu Indonesia yang dibawakan oleh band-band keren ini mayoritas berisi ungkapan-ungkapan yang menyiratkan adanya "kemorosotan" rasa percaya diri kaum laki-laki. Benarkah telah terjadi krisis maskulinitas? Sampai saat ini, tak satu pun band-band yang semua anggotanya laki-laki itu, yang menyuarakan sesuatu yang lain, di luar jeritan ketakberdayaan seperti itu. Mereka bahkan sudah sampai pada titik pasrah, seperti terungkap lewat lirik yang berbunyi, "Kau hancurkan aku dengan sikapmuuuuuuuu. ...biarlah cinta ini membunuhku."


[ini Copi-paste dari salah satu milis]

DAN INI TANGGAPAN SALAH SATU BITELMANIA.......

Ratapan itu memang syah, layak, dan benar. Karena yang mereka ratapi itu adalah tangan besi produser bahwa mereka harus membawakan lagu-lagu kayak gituan. Supaya duit produsernya bisa cepat kembali, katanya.

Penyakit itu sebenarnya sudah ada sejak tahun 60-an. Remy Silado di majalah Aktuil tahu 70-an bilang: para artis itu diperintah oleh pedagang cita (kain) dari Pasar Baru dan pedagang klontong dari Glodok. Sedihnya, 40 tahun kemudian, hal itu masih juga berlaku. Memelas memang.

Read More..

Rabu, 22 Oktober 2008

BLU-RAY BAJAKAN


Beberapa bulan terakhir ini muncul format kepingan CD hasil bajakan dari Blu-Ray Disc.
Format ini merupakan hasil copy dari cakram beresolusi tinggi Blue ray dan bisa dibaca di DVD player biasa. Kata orang kualitas gambarnya lebih bagus dibanding DVD versi 9.

Bajakan Blu-Ray-Disc bisa ditemukan dibeberapa sentra penjualan CD/VCD Bajakan. Perkepingnya dijual Rp. 30-40 ribu. Sementara yang blu-ray Disc original dijual jauh lebih mahal sekitar Rp. 450 ribu,- .

Penasaran juga, akhrinya kemarin saya pergi ke mangga dua, beli film Trilogy Lord Of The ring terdiri dari 3 keping seharga Rp. 100 ribu, ini sudah termasuk dus casing, tanpa itu Rp. 90 ribu, dan satu lagi film Batman Begins. Sampai rumah dicoba di perangkat Home theater. Hasilnya agak kecewa, ternyata kualitas gambarnya hampir sama dengan DVD ori bootleg yang biasa saya beli. Begitu juga kualitas suara engga beda jauh. Yah.. cuman bedanya yang ini ada feature dan format audio DTS 5.1 muncul… biasanya di ori butleg tidak ada.

Secara logika bagaimana mungkin Blu-ray Disc original yang kapasitasnya diatas 25 GB bisa dicopy oleh satu kepingan DVD yang kapasitasnya hanya 4 GB. Lagian di blu- ray disc Original sudah diinstal dengan “Copy Protecting” Jadi tidak mungikin bisa dicopy.

Bisa jadi Blu-ray Disc Bajakan tetap masih dengan format DVD versi 9 tetapi merupakan hasil rip Blu-ray Disc, karena blu –ray blank aja di jual seharga seratus ribuan, sementara harga bajakannya dijual 30-40 ribu…

Read More..

Selasa, 21 Oktober 2008

EAGLE EYE


Judul --------:Eagle Eye
Pemain ------: Shia Labouf, Michelle Monaghan, Billy Bob Thornton, Rosario Dawson
Sutradara ---: DJ Caruso
Penulis ------: Dan McDermott, John Glen, Travis Wright
Music Score- : Brian Tyler
Genre -------: Action/Mistery/Thrillet techno
Durasi -------: 118 Menit
Rilis ---------: 15 Oktober (Indonesia)
Produksi ----: Dreamwork

Berawal dari seorang pemuda bernama Jerry Shaw (Shia La beouf) yang bekerja di sebuah toko jasa Fotocopy menerima kabar bahwa saudara kembarnya ethan yang merintis karier di militer meninggal dunia. Sepulang dari pemakaman jerry mampir di ATM dan kaget bukan kepalang tiba-tiba uang di rekeningnya bertambah banyak. Kekagetan jerry tidak cukup disitu, pada saat ia menuju apartemennya dia menemukan banyak bahan peledak, tiba-tiba dia mendapatkan telepon dari seorang wanita yang menyuruhnya untuk segera meninggalkan apartemen karena FBI akan datang untuk menangkapnya. Belum sempat melarikan diri jerry keburu ketangkap dan diinterogasi Thomas Morgan (Billy Bob Thornton) dituduh sebagai teroris. Tak lama berselang si penelpon misterius menghubungi kembali jerry dan membebaskannya melalui jendela yang dihantam oleh sebuah crane.

Ditengah kebingungannya, jerry dipertemukan dengan seorang wanita beranak satu Rachel Holloman (Michelle Monaghan) yang ternyata mengalami hal sama. Jerry dan Rachel dihadapkan pada pilihan yang sulit. Mereka diharuskan mengikuti instruktukasi dari si penelon misterius kalau tidak, keselamatan anak Rachel terancam. Rintangan demi rintangan harus mereka lalui dari kejaran FBI dan Air Force Office. Ditengah kebingungan dan kecemasan dapatkah mereka bisa menyelesaikan masalah ini? Siapakah si penelpon misterius itu dan tujuannya apa?

Film yang bergenre Techno-thriller bertema “Big Brother Is wathing You” dari menit-menit awal sampai akhir disuguhi dengan aksi-aksi yang seru, menegangkan, berbahaya serta menampilkan kecanggihan tekhnologi informasi dan komunikasii. Pada masa itu masyakat sudah tidak punya privasi lagi. Semua aktivitas sekecil apapun akan terpantau dan diakses oleh pemerintah baik itu melalui telepon selular, email, rekening bank. Yang cukup menarik adalah saat jerry dan Rachel mendapatkan instruksi dari penelpon misterius melalui papan reklame, sign Board, papan informasi public, cctv dll.

Steven Spielberg memang jagonya untuk membuat film-film bergenre sci-fi. Awalnya Film ini akan disutradarainya sendiri tapi karena kasibukannya menggarap Indiana Jones IV akhrinya penyutradaraan diambil alih oleh DJ Caruso. Tidak diragukan lagi DJ caruso bener-benar profesional dan berhasil meramu ketegangan dengan memanfaatkan teknlogi canggih. Shia laBouf kembali dipercaya DJ Caruso untuk memerankan tokoh utamanya. Sebelumnya mereka cukup sukses juga di film distrubia.

Rating : 4/5

Read More..

Senin, 20 Oktober 2008

BODY OF LIES


Judul ----------- : Body Of Lies
Pemain
---------: Leonardo de Caprio, Russel Crowe, Mark Strong
Sutradara ------
: Ridley Scott
Penulis
---------: William Monahan
Musik Score
----: Mark Streitenfeld
Genre
----------: Action/Drama/Thriller Spionase
Durasi
----------: 128 Menit
Rilis -----------
: 10 Oktober 2008 (Indonesia)
Produksi
-------: Warner Bros

Dikisahkan Roger Ferris (Leonardo De caprio) seorang agen intelejen lapangan CIA yang ditugaskan di Timur tengah . Karena kepiawaian ferris dalam mengungkap jaringan teroris di timur tengah maka ia diangkat oleh atasannya yang merupakan veteran CIA untuk kawasan timur tengah yakni Ed Hoffman (Russel Crowe) menjadi kepala Agen CIA di Yordania. Dalam memudahkan bekerja Ferris tidak sendirian, dia dibantu penduduk lokal yang ia percayai. Selama bekerja itu pula Ferris harus selalu berkomunikasi intensif dan harus saling tukar informasi dengan atasannya itu.

Tugas berikutnya ferris harus menangkap salah satu gembong teroris Al Saleem (Alon Abutbul), tidak mudah memang. Untuk itu ia harus bekerjasama dengan Agen intelejen yordania Hani (Mark Strong). Hani minta syarat, selama operasi ini berlangsung harus saling mempercayai dan saling tukar informasi. Tanpa sepengetahuan Ferris maupun Hani, Hoffman melakukan operasi pengintaian sendiri sehingga hal ini membuat marah Hani dan kerjasama diputus secara sepihak. Hal ini membuat Ferris kecewa dan merasa dihianati Hoffman, kelemahan ferris disini merupakan tokoh yang plin-plan dan beberapa kali dibohongi atasannya. Konflik makin pelik setelah pacar Ferris, Aisha (Golshifteh Faharani) terlibat. Ditengah ketidakpercayaan tim dapatkah Ferris bisa menangkap Al Saleem?

Trust no one. Deceive everyone

Film ini merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya seorang kolumnis Washington Post David Ignatius. Film yang bergenre spionase disutradarai Ridley Scott yang sukses sebelumnnya dengan Blade Runner, Alien, Gladiator, Black Hawk down, dan American Gaster mencoba mengangkat kinerja para intelegen amerika yang bertugas ditimur tengah yang penuh dengan ketidakpercayaan, kecurigaan dan konspirasi. Menurut saya, film ini tidak terlalu istimewa masih lebih baik untuk film-film yang saya sebutkan diatas.

Ini merupakan pertemuan kedua aktor de caprio dan crowe setelah di Quick & Dead. Saya lihat acting antara de caprio dan crowe tidak memberikan chemistry yang cukup kuat. De caprio masih lebih baik di Blood Diamond terlebih crowe aktingnya terasa datar malah cendrung buruk. Justru akting yang paling bagus diperlihatkan oleh aktor mark Strong.

Berbeda dengan film lain sejenisnya Body of lies menyuguhkan pandangan baru tentang islam dari kacamata barat, Penulis skenario william monahan cukup detail perihal gambaran tersebut seperti salah satu dialog Ferris terhadap salah satu teroris kurang lebih seperti ini "Tidak ada tempat di Al Quran bagi pembunuh atau pelaku bunuh diri". Selain itu film ini lebih menonjolkan dialog dan kekuatan akting para pemerannya daripada adegan tembak-tembakan atau kejaran-kajaran. tapi sayang kekuatan skenario tidak diperankan secara bagus oleh para pemainnya.

Namun ada satu kelemahan dari sisi cerita dengan masuknya unsur romantisme atau percintaan antara Ferris dan Aisha yang terkesan dipaksakan. Bagaimana seorang intelejen profesional mau mengorbankan diri dan timnya hanya karena seorang wanita yang baru dikenalnya. yah... inilah gaya film hollywood.

Rating 3,5/5

Read More..

Rabu, 15 Oktober 2008

LASKAR PELANGI


Diawali dengan narasi ikal dewasa (Lukman Sardi) saat pulang menuju kampung halaman di desa Gentong belitung. Pikiran dan tatapannya menerawang jauh ke masa kanak-kanak yang tidak pernah ia lupakan. Berawal dari kegalauan dua orang guru SD Muhammadyah, ibu muslimah (cut Mini) dan pak Harfan (ikranegara) ysng sedang menanti tambahan seorang murid untuk menggenapkan jumlah murid jadi 10. jumlah ini merupakan minimal yang disyaratkan dinas pendidikan setempat supaya sekolah tersebut tetap berjalan. Kalau tidak, sekolah tersebut ditutup. Kegalauan Sirna sudah saat ibu mus dan pak harpan melihat sorang anak istimewa yang bernama harun muncul didepan sekolah. Dialah sang penyelamat.

lima tahun sudah dengan semangat, ketekadan hati, kecerdasan, bakat serta keunikan ke-10 murid, mereka berjuang untuk bisa tetap bersekolah. Ditengah upaya untuk mempertahankan sekolah mereka harus ditinggal oleh seorang sosok guru yang mereka cintai. Sanggupkah mereka menghadapi cobaan ini?

Film ini diadaptasi dari novel mega best seller karya andrea hirata dengan judul yang sama. Sepertinya karya ini merupakan semi memoar dari perjalanan hidup si pengarangnya. Mira lesmana dan Riri Reza bisa dibilang berhasil mevisualisasikan karya tersebut dari novel ke pita seluloid, karena bisa menyederhanakan bahasa novel kedalam bahasa film yang lebih universal sehingga semua kalangan bisa menikmati. Contoh kecil, tokoh mahar di novel menyanyikan tembang Tennessee waltz tapi di film dia menyanyikan lagu Bunga Seroja, tentunya sebagian besar orang pasti tahu lagu ini. Meskipun sebagian penonton yang sudah membaca novelnya akan mengatakan : “kok beda yah” . membaca novel dan menonton film tidak bisa disamakan. Membaca novel mempunyai imaginasi tersendiri dari apa yang dia baca.

Karakater yang dimainkan 10 anak sangat pas begitu natural, luwes dan cerdas terutama tokoh Ikal (Zulfani), Lintang (Ferdian) dam Mahar (Veris Yamarno). Mereka yang jadi tokoh sentral sementara aktor-aktris yang terkenal hanya tokoh pelengkap kecuali cut mini dan Ikranegara. Apalagi tokoh yang dimainkan Tora sudiro engga penting banget.

Patut diacungi jempol adalah penata musik, melantunkan alunan musik khas melayu yang begitu kental dengan menonjolkan instrumen tabla dan akordeon ditambah dengan pemandangan alam dan pesisir pantai yang indah seolah-olah kita terbawa keranah melayu sebenarnya.

Setidaknya film ini memberikan inspirasi kita untuk mengejar mimpi… bravo…

Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukan dunia…

Rating : 4,5/5

Read More..

Daftar Blog Teman

pump up your life

E2P © 2008 Template by Dicas Blogger.

TOPO